pengapuran plasenta selama masa kehamilan

Kenali Pengapuran Plasenta pada Masa Kehamilan

Pengapuran plasenta merupakan hal yang normal, tapi ini juga bisa menjadi pertanda akan bahaya terkait kondisi kesehatan bayi yang dikandung.

Pengapuran plasenta merupakan perubahan yang umum terjadi pada plasenta selama masa kehamilan. Umumnya, lebih dari setengah kondisi plasenta akan mengalami tingkat derajat pengapuran dan 18 persen plasenta lainnya mengalami pengapuran yang parah setelah memasuki minggu ke-33 pada masa kehamilan.

Adapun pengapuran atau klasifikasi plasenta dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Mulai dari faktor keturunan, faktor lingkungan seperti radiasi, frekuensi suara rendah, dan reaksi terhadap obat-obatan tertentu. Tidak hanya itu, infeksi bakteri ditengarai turut andil dalam terjadinya pengapuran plasenta.

Risiko dari Pengapuran Plasenta

Secara umum, derajat kematangan plasenta terbagi menjadi empat tingkatan, yaitu 0 (tidak matang), 1, 2, dan 3 (sangat matang). Pada awal kehamilan, plasenta sudah mulai terbentuk dan saat usia kehamilan menginjak minggu ke-12, plasenta akan terus mengalami perubahan. Selama masa perubahan inilah muncul risiko pengapuran plasenta.

Adapun tingkatan pengapuran plasenta terbagi menjadi tiga tingkat yang dibagi ke dalam beberapa umur kehamilan. Tingkat 1 terjadi pada kehamilan usia 31-32 minggu, tingkat 2 terjadi pada kehamilan 36-37 minggu, kemudian pada tingkat 3 adalah kehamilan sekitar 38 minggu. Pengapuran plasenta pada tingkat 3 dinilai sebagai kondisi terberat. Pada tingkatan 3 inilah, sudah terbentuk lingkaran seperti cincin pada plasenta.

Adanya pengapuran pada plasenta merupakan hal yang normal, tapi pada beberapa kondisi berdasarkan tahap kehamilan, dapat memicu risiko:

-Perubahan plasenta sebelum 32 minggu

Pengapuran plasenta sebelum kehamilan menginjak usia 32 minggu disebut dengan pengapuran plasenta prematur. Pada pengapuran ini, kelahiran dihadapkan kepada risiko komplikasi yang lebih tinggi. Adapun komplikasi yang dapat terjadi adalah pendarahan parah setelah melahirkan, mengalami abrupsi plasenta, bayi lahir prematur, bayi lahir dengan skor Apgar (Apgar Score) yang rendah, dan janin meninggal saat masih di dalam kandungan atau stillbirth.

-Perubahan plasenta antara 28-36 minggu

Pada tingkat 3, kehamilan yang menginjak usia 28-36 minggu dengan risiko tinggi memerlukan perhatian yang lebih besar dibandingkan seseorang dengan kondisi yang sama tetapi memiliki kehamilan normal. Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan kehamilan berisiko tinggi yang mengalami pengapuran plasenta pada usia kehamilan 28-34 minggu memerlukan pemantauan secara rutin dari dokter kandungan. Beberapa contoh kehamilan berisiko tinggi yang memerlukan perhatian adalah komplikasi plasenta previa, diabetes, tekanan darah tinggi, atau anemia parah.

-Perubahan dari 36 minggu

Saat plasenta menginjak tingkat 3 saat memasuki usia minggu ke-36, peningkatan risiko tekanan darah tinggi yang berhubungan dengan kehamilan dan memiliki bayi lahir dengan berat rendah dapat terjadi. Oleh karena itu, USG yang menunjukkan pengapuran plasenta pada usia kehamilan 36 minggu dapat dijadikan sebagai media untuk mengidentifikasi kehamilan berisiko tinggi.

-Perubahan 37-42 minggu

Sebanyak 20-40 persen dari kehamilan normal akan mengalami pengapuran plasenta pada usia kehamilan menginjak 37 minggu.walau demikian, hal ini dianggap memiliki efek klinis yang tidak signifikan.

Pada dasarnya, kasus pengapuran plasenta akan sangat berbeda pada satu kehamilan dengan kehamilan lainnya. Efek dari kondisi ini sangat bergantung pada seberapa dini kondisi ini timbul, tingkat keparahan, apakah kehamilan risiko tinggi atau tidak dan pendapat dokter ahli yang menangani.

Jagalah Kesehatan Plasenta Anda

Menjaga kesehatan plasenta merupakan cara untuk menghindari masalah – masalah pada plasenta, termasuk pengapuran plasenta. Ini penting untuk dilakukan karena plasenta memiliki peran penting dalam melindungi janin pada masa kehamilan. Akan tetapi, dikarenakan penyebab pengapuran plasenta yang masih belum diketahui, maka sulit untuk menentukan langkah pencegahan kondisi ini. Meski hanya sedikit penelitian yang dilakukan tentang pengapuran plasenta, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi ini lebih umum terjadi pada:

  • Wanita muda
  • Kehamilan pertama
  • Wanita yang merokok selama kehamilan

Agar masalah pada plasenta dapat terhindari, dianjurkan untuk menjaga kesehatan dan memantau kondisi plasenta secara rutin kepada dokter kandungan, termasuk risiko pengapuran plasenta. atau mengonsumsi obat-obatan tertentu selama masa kehamilan juga disarankan.

Leave a comment